Persoalan Kurikulum, Penilaian dan Kompetensi Guru Warnai Dunia Pendidikan 2015

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesuai semboyan Indonesia Bermutu (IB), bangsa yang bermutu lahir dari pendidikan yang bemutu, pendidikan bermutu lahir dari guru bermutu, kurikulum bermutu, dan penilaian bermutu.Penilaian bermutu menjadi dasar pembinanan dan pelayanan bermutu kepada setiap siswa.

Indonesia Bermutu menilai banyak hal yang terjadi di dunia pendidikan selama tahun 2015 ini.  Persoalan yang menonjol antara lain sehubungan dengan kurikulum, penilaian, dan kompetensi guru.

Hal itu mengemuka pada diskusi rutin Indonesia Bermutu yang digelar di Jakarta, Rabu (2/12). Pendiri Indonesia Bermutu Deni Hadiana  mengemukakan, Indonesia Bermutu berharap dengan dihidupkannya kembali Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, pembinaan terhadap guru lebih bermutu.

“Ditjen ini diharapkan mampu dan fokus mengembalikan guru menjadi pribadi-pribadi yang layak menjadi guru,  pendidik sejati, dan profesi yang mumpuni dalam mengajar, menilai, dan meneliti,” ujar Deni.

Sayangnya, kata Deni, belum setahun berdiri, uji kompetensi guru (UKG) yang ditanggungjawabi Ditjen Guru malah menuai kritik baik dari sisi penyiapan bahan yang terkesan dipaksakan maupun dari sisi pemanfaatan  dan tindak lanjut  hasil UKG ini.

“Nilai UKG yang tinggi belum menjamin bahwa guru yang bersangkutan memang kompeten menjadi guru. Hasil UKG lebih banyak pengetahuan, sementara pengetahuan yang hebat belum bisa jadi jaminan bahwa yang bersangkutan juga hebat dalam mengajar dan mendidik”, ungkap pendiri Indonesia Bermutu Burhanuddin Tolla.

Tolla menegaskan, tindak lanjut yang tepat dalam meningkatkan kompetensi guru sangat berpengaruh kepada kualitas guru, sementara hasil UKG saja belum bisa dijadikan ukuran apa yang dibutuhkan oleh guru dalam pembinaan selanjutnya.  “Harus ada parameter kinerja guru yang menjadi dasar pembinaan,” ujar Burhanuddin Tolla.

“IB siap menjadi partner pemerintah dalam mengawal pembinaan profesional guru,”  tambah peneliti Indonesia Bermutu Awaluddin Tjala.

Hal senada disampaikan peneliti Indonesia Bermutu Misbah Fikrianto. “Kita perlu membangun sinergi dengan berbagai elemen masyarakat dan berbagai komunitas yang ada agar pemerintah mampu melakukan pembinaan terhadap guru,” tutur Misbah.

http://www.republika.co.id

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda

Posting Komentar

Free Website templatesFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesSEO Web Design AgencyMusic Videos OnlineFree Wordpress Themes Templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree Web Templates