HAMPIR sebulan ini usia
Kabinet Kerja setelah dilantik Presiden Joko Widodo. Mereka seperti
berlomba bekerja hingga menjadi sorotan media. Yang lagi ngetren dari
kerja para menteri baru adalah kebijakan moratorium.
Hampir di setiap kementerian
menghentikan kebijakan lama yang dianggap tidak bagus. Perlukah
ramai-ramai moratorium itu atau sekadar latahnya menteri agar dicap
kerja?
Yang paling awal meneriakkan moratorium
atau penghentian kebijakan adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (Men PAN-RB) Yuddy Chrisnandi.
Politikus Hanura yang ditunjuk sebagai
menteri yang membawahkan abdi negara itu langsung menghentikan
perekrutan calon pegawai negeri sipil (CPNS) dengan banyak alasan.
Penghentian sementara atau moratorium
penerimaan CPNS baru diberlakukan hingga lima tahun mendatang. Padahal,
CPNS selama ini menjadi idaman masyarakat yang ingin mencari kerja
dengan gaji besar, tapi tugas tidak terlalu berat.
Tujuan utama Yuddy merencanakan
moratorium penerimaan abdi negara baru itu adalah ingin menghitung ulang
kebutuhan riil CPNS. ”Kami ingin menghitung dengan benar, apakah
sesungguhnya rasio PNS dengan jumlah penduduk sudah ideal atau belum,”
jelas dia.
Merujuk hasil pendataan Badan
Kepegawaian Negara (BKN) per 31 Desember 2013, jumlah PNS di Indonesia
2.335.975 orang. Dengan asumsi terkini jumlah penduduk Indonesia
mencapai 252 juta jiwa, berarti rasio PNS dengan penduduknya sekitar
1:107. Artinya, satu PNS rata-rata melayani 107 penduduk.
Menurut Yuddy, rasio itu tidak terlalu
buruk. Namun, masalahnya adalah terjadi ketimpangan sebaran PNS di
perkotaan dan pedesaan. ”Sehingga masih sering muncul kekurangan PNS.
Padahal, belum dicek, aslinya PNS-nya menumpuk di perkotaan,” ujarnya.
Solusinya adalah melakukan redistribusi
PNS yang sudah ada. Upaya migrasi PNS dari wikayah perkotaan menuju
daerah pedesaan harus digalakkan. Dengan demikian, kalaupun nanti
moratoriun CPNS baru diterapkan, tidak ada keluhan masyarakat tentang
menurunnya kualitas pelayanan publik.
Kemudian, muncul kekhawatiran, jika
nanti moratorium, para PNS yang melayani masyarakat sudah berusia tua
dan tidak lagi energik. Sebab, selama moratorium CPNS baru selama lima
tahun itu, tidak terjadi regenerasi pegawai baru.
Atau bisa jadi, jika banyak yang
pensiun, banyak formasi yang kosong. Dampaknya, pelayanan menurun. Yuddy
mengatakan, masyarakat tidak perlu berlebihan atas kekhawatiran itu.
Dari data sebaran PNS berdasar usia,
mayoritas PNS berada di kelompok usia 41–50 tahun. Yakni, mencapai
1.663.102 pegawai (40,19 persen). Sedangkan kelompok PNS yang mendekati
usia pensiun tidak terlalu banyak.
Pemerintah menetapkan batas usia pensiun
(BUP) PNS kelompok pegawai administrasi adalah 58 tahun. Sedangkan BUP
PNS kelompok pegawai fungsional bervariasi, mulai 60 hingga 65 tahun.
Jumlah PNS per 31 Desember 2013 yang
berumur 56–60 tahun hanya 232.123 orang (5,23 persen). Dengan begitu,
moratorium CPNS baru selama lima tahun tidak akan berdampak signifikan
terhadap pelayanan publik.
Yuddy juga mengatakan, moratorium CPNS
baru tidak berarti menyetop 100 persen perekrutan CPNS baru. Pemerintah
rencananya masih membuka seleksi pegawai untuk tenaga-tenaga yang
benar-benar dibutuhkan dan ditempatkan di daerah tepencil. Misalnya,
tenaga dokter dan guru. ”Kami masih terus berkoordinasi dengan Wapres
terkait teknis moratorium ini,” katanya.
Politikus asal Partai Hanura itu
menjelaskan, pengadaan pegawai juga terkait dengan kemampuan keuangan
negara. Jika anggaran yang tersedia untuk gaji PNS terbatas, pemerintah
tidak bisa jor-joran merekrut CPNS dalam jumlah besar.
Selain itu, perekrutan CPNS tahun ini
dengan kuota 65 ribu bisa efektif menutup kekosongan PNS karena pensiun.
Kementerian PAN-RB juga akan merekrut 35 ribu pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja (P3K). Pegawai tersebut seperti tenaga honorer, tetapi
mendapatkan gaji berstandar PNS. (wan/c10/end/bersambung)
JPNN.COM
1 komentar:
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, jadi teman2 jangan pernah putus asah kalau sudah waktunya tuhan pasti kasih jalan, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..
Posting Komentar